Tulisan ini adalah salah satu bagian dari pengalaman hidup yang pernah kita alami.
Bagi sebagian orang bisa menjadi benar memang seperti itu, tapi bagi
sebagian yang lain bisa saja tidak dibenarkan. Kejadian ini adalah hal
yang tidak akan terlupakan olehku, karena hal tersebut memberikan sebuah
pelajaran yang berarti. Aku merasa tak mampu lagi menjalani kehidupan ini seperti biasanya.
Karena pada hari itu aku telah melakukan sebuah kesalahan, kesalahan
yang sangat besar yang tidak bisa dimaafkan. Aku tak tahu kalau itu akan
menjadi kesalahan terbesar dalam hidupku. Tak pernah terbayangkan
sebelumnya dan tak pernah terbersit sedikitpun dalam benakku untuk
melakukannya. Semua itu hanya sebuah kecerobohan dan kelalaian yang aku
lakukan. Hal itupun kulakukan tanpa aku sadari. Entah mengapa dunia ini
menjadi begitu dingin terhadapku setelah aku melakukannya. Apakah aku
sedemikian hinanya sehingga duniapun seolah tak mau menerima dan
mengakui bahwa aku ada? Orang-orang pun juga
menjadi acuh terhadapku, seolah-olah mereka juga tahu akan apa yang
telah aku lakukan. Lalu, bagaimana aku harus bertindak dalam menyikapi
semua ini? Tidakkah aku butuh seseorang yang dapat mengerti kondisiku
saat ini? Seperti mentari yang akan senantiasa tersenyum ketika hari itu
perasaanku sedang senang dan awan-awan pun meneteskan airnya seperti
sedang menangisi keadaanku yang sedang terpuruk. Namun kini, mereka
semua tidak menampakkan wajahnya, mereka seperti bersembunyi di suatu tempat dan enggan bertemu denganku, yang kulihat hanya gumpalan awan hitam yang gelap disertai dengan petir yang menggelegar seolah-olah marah dan muak kepadaku.
Menghadapi semua hal tersebut, aku pun menjadi bertanya-tanya,
sebenarnya apa kesalahanku? Semua orang seperti sudah tahu aku bersalah
dan mereka seperti mengucilkanku.
Aku
seperti sendiri saja hidup di dunia ini karena semuanya mengacuhkanku.
Ingin rasanya aku pergi saja ke tempat yang sepi dan sunyi agar tidak
ada lagi yang mengacuhkanku. Biarkan aku menyendiri di sana tanpa ada
yang mengusikku. Tapi, ketika aku sendiri seperti itu, bukankah hanya
akan ada kegelapan saja yang aku lihat? Tidak ada cahaya yang akan dapat
aku lihat di sana, malah hanya ketakutan saja terhadap kegelapan yang akan aku dapat. Aku mencari-cari apa yang salah dengan diriku.
Kemudian, aku pun bertanya kepada temanku, apakah ada yang salah dengan
diriku? Mereka pun menjawab, tidak ada yang salah dengan diriku.
Kemudian aku bertanya lagi kepada temanku, mengapa kalian menjauhiku dan
mengacuhkanku? Mereka pun menjawab, karena mereka tidak melihatku
ketika berpapasan dan memang mereka tidak punya waktu untuk mengobrol
denganku karena mereka disibukkan oleh urusan mereka masing-masing. Aku
pun menjadi berpikir, mengapa mereka semua bisa kompak seperti itu dalam
waktu yang bersamaan. Apakah sudah ada yang mengatur tentang semua itu
sehingga bisa terjadi semacam hal yang benar-benar kebetulan yang jarang
terjadi. Lantas, aku pun diam sejenak untuk merenungi dan meratapi
kemalangan yang menimpa diriku. Sebelumnya, aku tak pernah menjadi
seperti ini, sampai-sampai teman-temanku pun menjadi acuh terhadapku.
Sebenarnya apa yang salah dalam diriku sehingga semuanya menjadi seperti
ini. Dalam kesendirian, aku mencoba untuk berpikir keras dalam
menemukan jawaban yang kucari. Aku mulai mencari dari hal-hal yang aku
lakukan dari yang terkecil sampai yang terbesar pada akhir-akhir ini.
Menurutku, semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang salah. Hubunganku
dengan orang lain pun tidak ada masalah. Lalu, mengapa aku bisa menjadi
seperti ini kalau tidak ada yang salah dengan diriku ataupun apa yang
aku lakukan? Aku pun teringat bahwa di dunia ini kita tidak sendiri.
Walaupun kita ada di tempat yang paling tertutup sekalipun dan tidak ada
seorang pun di sana, ternyata ada yang mengawasi kita dan senantiasa
tahu apa yang kita perbuat. Ya, itu adalah Tuhan kita. Mungkin, inilah
jawaban yang aku cari-cari selama ini. Mungkin aku telah bersalah kepada Tuhanku. Aku telah melupakan Dia sehingga aku pun diperingatkan melalui teman-temanku
dan alam ini. Mungkin memang itulah balasan yang setimpal yang aku
dapatkan terhadap apa yang telah aku lakukan. Jika tidak begitu, mungkin
kita tidak akan pernah tersadar bahwa kita telah lupa kepada siapa yang
telah menciptakan kita dan mengijinkan kita hidup di dunia ini hingga sekarang.
Hendaknya, kita harus selalu bersyukur terhadap segala hal yang telah
diberikan kepada kita dan tidak menjadi lupa diri bahwa kita ini hanya
manusia yang memiliki keterbatasan. Dengan kita selalu mengingat Tuhan
kita, maka Tuhan pun tidak akan mengacuhkan kita.
0 Komentar untuk "Renungan dan Introspeksi Diri "